بسم الله الرحمن الرحيم

MENGENAL AL-MUBASYSYARIINA BIL JANNAH (sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga)

7. ABDURRAHMAN

Beliau adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdi Auf az-Zuhrii bin ‘Abd bin al-Harits bin Zuhrah bin Kilaab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay beliau berkuniah dengan Abu Muhammad.

Beliau salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, salah satu dari enam orang yang ditunjuk oleh Umar untuk menentukan pemimpin setelahnya, salah satu dari 8 orang yang bersegera menyambut seruan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, al-Qurasy az-Zuhry.

Pada masa jahiliyah namanya adalah ‘Abdu ‘Amr dan dikatakan pula ‘Abdul Ka’bah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menamainya dengan ‘Abdurrahman.

Disebutkan oleh al-Haitsami rahimahullah,

وَعَنِ ابْنِ سِيرِينَ: «أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ كَانَ اسْمُهُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ عَبْدَ الْكَعْبَةِ، فَسَمَّاهُ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَبْدَ الرَّحْمَنِ».
رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ.

وَعَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ: كَانَ اسْمِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ عَبْدَ عَمْرٍو، فَسَمَّانِي رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَبْدَ الرَّحْمَنِ».
رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ، وَفِيهِ: إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، وَهُوَ ضَعِيفٌ.
١٤٨٨٥ – وَعَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ قَالَ: عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفِ بْنِ عَبْدِ عَوْفِ بْنِ عَبْدِ الْحَارِثِ بْنِ زُهْرَةَ، يُكْنَى أَبَا مُحَمَّدٍ، شَهِدَ بَدْرًا.
وَإِسْنَادُهُ حَسَنٌ.

“Dari Ibnu Sirin bahwa ‘Abdurrahman bin ‘Auf dahulu namanya di masa Jahiliyah adalah ‘Abdul Ka’bah, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggantinya dengan ‘Abdurrahman. Diriwayatkan oleh at-Thabrani dan perawinya perawi shahih.

Dari Abdurrahman bin ‘Auf dia berkata, ‘Dahulu namaku di masa jahiliyah adalah ‘Abdu ‘Amr lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggantinya dengan ‘Abdurrahman.’ Diriwayatkan oleh at-Tabrani dan di dalam sanadnya ada Ibrahim bin Muhammad bin ‘Abdul ‘Aziz dia adalah seorang yang lemah.

Dari Ibnu Ishaq dia berkata,

”Abdurrahman bin ‘Auf bin ‘Abdil Harits bin Zuhrah berkuniah dengan sebutan Abu Muhammad, beliau mengikuti perang Badr dan sanadnya hasan.'” (Sumber: Majma’ az-Zawāid, 9/155).

Beliau termasuk sahabat generasi awal. Al-Imam Ibnu Katsir bertutur,

أَسْلَمَ قَدِيمًا عَلَى يَدَيْ أَبِي بَكْرٍ، وَهَاجَرَ إِلَى الْحَبَشَةِ وَإِلَى الْمَدِينَةِ

“Beliau masuk Islam di awal melalui Abu Bakr, beliau hijrah ke Habasyah dan Madinah.” (al-Bidaayah, 7/163).

Di antara keutamaan beliau adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah salat di belakang beliau. Al-Hafidz Ibnu Katsir bertutur,

وَثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى وَرَاءَهُ الرَّكْعَةَ الثَّانِيَةَ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ فِي بَعْضِ الْأَسْفَارِ، وَهَذِهِ مَنْقَبَةٌ عَظِيمَةٌ لَا تُبَارَى.

“Telah disebutkan di dalam riwayat yang shahih bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah diimami oleh Abdurrahman bin ‘Auf di rakaat kedua dari salat subuh di sebagian safarnya. Ini merupakan keutamaan besar yang tidak tertandingi bagi Abdurrahman bin ‘Auf.” (Al-Bidāyah wa an-Nihāyah, 7/164).

Beliau juga dikenal sebagai sahabat yang baik, dermawan dan seorang yang berkecimpung di dunia perniagaan dan sangat mahir dalam berdagang sehingga beliau ketika tiba hijrah ke Madinah menyempatkan diri berdagang minyak samin dan keju sehingga mendapatkan keuntungan. Ketika hijrah ke Madinah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Ar-Rabi’. Di dalam shahih al-Bukhari pada Bab kaifa aakho an-Nabiy shallallahu ‘alaihi wa sallam baina ashhaabihi, disebutkan bahwa Abdurrahman bin ‘Auf berujar,

آخى النبي صلى الله عليه و سلم بيني وبين سعد بن الربيع لما قدمنا المدينة

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan antara aku dan Sa’ad bin ar-Rabi’ ketika kami mendatangi Madinah.”

Bahkan saking cintanya Sa’ad bin ar-Rabi’ kepada Abdurrahman bin ‘Auf selaku saudaranya semuslim, dia menawarkan untuk memberikan sebagian dari hartanya dan istrinya kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf, mari kita simak kisahnya berikut ini. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu

قَدِمَ عبدُ الرَّحْمَنِ بنُ عَوْفٍ المَدِينَةَ فَآخَى النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بيْنَهُ وبيْنَ سَعْدِ بنِ الرَّبِيعِ الأنْصَارِيِّ فَعَرَضَ عليه أنْ يُنَاصِفَهُ أهْلَهُ ومَالَهُ، فَقَالَ: عبدُ الرَّحْمَنِ بَارَكَ اللَّهُ لكَ في أهْلِكَ ومَالِكَ دُلَّنِي علَى السُّوقِ، فَرَبِحَ شيئًا مِن أقِطٍ وسَمن

‘Abdurrahman bin ‘Auf tatkala setibanya beliau di Madinah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan beliau dengan Sa’ad bin ar-Rabi’ al-Anshariy. Lalu Sa’ad pun menawarkan membagi dua antara dua istri dan hartanya. Lantas Abdurrahman bin ‘Auf berujar,

‘Semoga Allah memberkahimu pada harta dan keluargamu. Tolong tunjuki aku pasar.’

Lalu Abdurrahman bin ‘Auf berjualan dan mendapatkan keuntungan dari berdagang minyak samin dan keju.” (al-Bukhari, no. 3.937).

Sa’ad pun berujar kepada Abdurrahman,

إنِّي أكْثَرُ الأنْصَارِ مَالًا، فأقْسِمُ مَالِي نِصْفَيْنِ، ولِي امْرَأَتَانِ فَانْظُرْ أعْجَبَهُما إلَيْكَ فَسَمِّهَا لي أُطَلِّقْهَا، فَإِذَا انْقَضَتْ عِدَّتُهَا فَتَزَوَّجْهَا، قالَ: بَارَكَ اللَّهُ لكَ في أهْلِكَ ومَالِكَ، أيْنَ سُوقُكُمْ؟ فَدَلُّوهُ علَى سُوقِ بَنِي قَيْنُقَاعَ

“Sesungguhnya aku sahabat Anshar yang paling banyak hartanya, maka akan aku bagi hartaku denganmu dua bagian dan aku memiliki dua istri, maka pilihlah mana yang lebih engkau sukai, sampaikan kepadaku, niscaya akan aku ceraikan untukmu. Apabila masa idahnya telah selesai, nikahilah dia.’ Abdurrahman pun menjawab,

‘Semoga Allah memberkahimu pada keluarga dan hartamu, di mana pasar kalian?’ mereka pun menunjukinya pasar bani Qainuqaa’.” (al-Bukhari, no. 3.780).

Subhanallah betapa besar rasa peduli Sa’ad dengan saudaranya yang lain dan betapa tinggi jiwa qanaah yang dimiliki Abdurrahman bin ‘Auf.

Beliau merupakan seorang pedagang yang berhasil. Al-Imam ibnu Katsir berkata,

تَصَدَّقَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَطْرِ مَالِهِ أَرْبَعَةِ آلَافٍ، ثُمَّ تَصَدَّقَ بِأَرْبَعِينَ أَلْفًا ثُمَّ تَصَدَّقَ بِأَرْبَعِينَ أَلْفَ دِينَارٍ، ثُمَّ حَمَلَ عَلَى خَمْسِمِائَةِ فَرَسٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، ثُمَّ حَمَلَ عَلَى خَمْسِمِائَةِ رَاحِلَةٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَكَانَ عَامَّةُ مَالِهِ مِنَ التِّجَارَةِ

“Pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Abdurrahman bin ‘Auf pernah bersedekah dengan setengah hartanya, yaitu 4000. Kemudian dia bersedekah dengan 40.000 kemudian 40.000 dinar. Lalu beliau membawa 500 kuda untuk di jalan Allah kemudian 500 kendaraan untuk di jalan Allah. Dan hartanya secara umum bersumber dari perdagangannya.” (al-Bidaayah, 7/163).

Sifat peduli terhadap sesama yang ada pada diri beliau sangat pantas dijadikan teladan bagi kita semua. Beliau menjual kebunnya kemudian dibagi-bagikan kepada fakir miskin, Bani Zuhrah dan istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Al-Imam al-Haitsami rahimahullah berkata,

وَعَنِ الْمِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ: «أَنَّ عَبْدَالرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ بَاعَ كَرْمًا مِنْ عُثْمَانَ بِأَرْبَعِينَ أَلْفَ دِينَارٍ، فَأَمَرَ عُثْمَانُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَعْدِ بْنِ أَبِي سَرْحٍ فَأَعْطَى الثَّمَنَ، فَقَسَّمَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بَيْنَ بَنِي زُهْرَةَ وَبَيْنَ فُقَرَاءِ الْمُسْلِمِينَ، وَأَزْوَاجِ النَّبِيِّ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
قَالَ الْمِسْوَرُ: فَأَتَيْتُ عَائِشَةَ فَقَالَتْ: مَا هَذَا؟ قُلْتُ: بَعَثَ بِهِ عَبْدُ الرَّحْمَنِ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: ” لَا يَحْنُو عَلَيْكُنَّ بَعْدِي إِلَّا الصَّابِرُونَ، سَقَى اللَّهُ ابْنَ عَوْفٍ مِنْ سَلْسَبِيلِ الْجَنَّةِ» “.
رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الْأَوْسَطِ، وَإِسْنَادُهُ حَسَنٌ.

“Dari al-Miswar bin al-Makhramah bahwa ‘Abdurrahman bin ‘Auf menjual kebun anggurnya kepada Usman dengan harga 40.000 dinar, maka Usman memerintahkan Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarh lalu Usman pun memberikan uangnya. Abdurrahman membagi-bagi dana tersebut untuk bani Zuhrah, fakir miskin dan istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al-Miswar berkata,

‘Aku mendatangi Aisyah memberikan bagiannya lalu Aisyah berkata, ‘Apa ini?’ Aku pun menjawab, ‘Pemberian dari Abdurrahman bin ‘Auf.’ Lalu Aisyah berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‘Tidaklah yang menyayangi kalian (istri-istri Nabi) sepeninggalku nanti melainkan orang-orang yang sabar.’

Semoga Allah memberi minum kepada Abdurrahman bin ‘Auf dari air mata Salsabila di surga.’

Kisah ini diriwayatkan oleh at-Tabrani di dalam al-Ausath dengan sanad yang hasan.” (Majma’ az-Zawāid, 9/155).

Subhanallah alangkah besar infaknya, dana 40.000 dinar, saking besar nominalnya, sulit jari jemari ini menghitungnya jika disetarakan dengan mata uang kita. Dan beliau mendapatkan doa dari ibunda kaum mukminin Aisyah agar mendapat minum dari mata air Salsabila yang Allah sebutkan di dalam al-Qur’an. Allah berfirman,

وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنجَبِيلًا عَيْنًا فِيهَا تُسَمَّىٰ سَلْسَبِيلًا

“Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan Salsabila.” (al-Insan: 17-18).

Adapun wafat beliau, sungguh berkaitan tentangnya, al-Imam al-Haitsami bertutur,

وَعَنْ يَحْيَى بْنِ بُكَيْرٍ قَالَ: وُلِدَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ بَعْدَ الْفِيلِ بِعِشْرِينَ سَنَةً، وَمَاتَ سَنَةَ إِحْدَى أَوْ اثْنَتَيْنِ وَثَلَاثِينَ، وَسِنُّهُ خَمْسٌ وَسَبْعُونَ سَنَةً، وَصَلَّى عَلَيْهِ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمَا.

“Dari Yahya bin Bukair,

‘Abdurrahman bin ‘Auf dilahirkan 20 tahun setelah tahun gajah dan wafat di tahun 31 atau 32 pada usia 75 tahun. Dan yang mengimami salat pada jenazah beliau adalah ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhuma.'” (Majma’ az-Zawāid, 9/155).

Referensi:

1. Siyar a’laam an-Nubalaa’

2. Majma’ az-Zawaaid

3. Al-Bidaayah wa an-Nihaayah

4. Shahih al-Bukhari

Semoga bermanfaat.

Abu Fudhail Abdurrahman bin Umar.

Kanal Telegram:
https://t.me/alfudhail
Situs Web:
http://alfudhail.com