(Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak)
Setelah kita menelusuri sosok Imam Abul Hasan al-Asy’ari, ternyata beliau adalah salah seorang ulama Ahlus Sunnah, bahkan dengan tegas beliau menyatakan berakidah seperti akidah al-Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal t.
Sekarang masih ada satu pertanyaan yang perlu kita jawab, yaitu Benarkah Asy’ariyah termasuk golongan Ahlus Sunnah wal Jamaah?
Untuk menjawab masalah ini kita harus mengetahui hakikat kelompok ini dan pemikiran-pemikirannya.
Siapakah Asy’ariyah?
Kelompok Asy’ariyah adalah kelompok yang mengklaim dirinya sebagai Ahlus Sunnah dan menganut paham al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari t.
Benarkah pengakuan mereka? Karena banyak yang mengaku dirinya sebagai Ahlus Sunnah, padahal akidahnya jauh dari akidah Ahlus Sunnah.
Allah l berfirman:
“Datangkanlah bukti kalian, jika kalian orang-orang yang benar.” (al-Baqarah: 111)
Kata pepatah Arab:
Semua orang mengaku sebagai kekasih Laila
Padahal Laila tidak mengakui mereka sebagai kekasihnya
Sejarah Munculnya Paham Asy’ariyah
Telah kita ketahui bahwa bibit pemikiran Asy’ariyah muncul ketika Abul Hasan al-Asy’ari mengkritisi pemikiran Mu’tazilah ayah tirinya yakni Abu Ali al-Jubba’i, padahal itu terjadi jauh setelah masa generasi utama berakhir, bahkan setelah zaman Imam Ahlus Sunnah al-Imam Syafi’i t.
Berarti, di zaman sahabat, tabiin, tabiut tabiin, bahkan di zaman al-Imam Malik, Abu Hanifah, dan al-Imam Syafi’i, belum ada yang namanya paham Asy’ariyah. Telah kita ketahui pula bahwa Abul Hasan al-Asy’ari sendiri telah rujuk dari pendapatnya, menegaskan bahwa beliau di atas akidah al-Imam Ahmad bin Hanbal t.
Jadi siapakah panutan Asy’ariyah, jika imam yang empat saja tidak mengenal paham mereka?!
Sumber Ilmu Asy’ariyah
Asy’ariyah adalah satu kelompok ahlul kalam, yakni mereka yang berbicara tentang Allah l dan agama-Nya tidak berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah, mereka mengutamakan ra’yu (akal) mereka dalam membahas perkara agama. Oleh karena itu, kita akan mendapatkan penyimpangan mereka dalam ber-istidlal (pengambilan dalil).
Di antara prinsip mereka yang menyimpang dalam berdalil:
1. Dalil-dalil sam’i adalah dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah mutawatir, bukan hadits-hadits ahad, karena hadits ahad bukanlah hujah dalam masalah akidah.
Ar-Razi berkata dalam Asasut Tadqis, “Adapun berpegang dengan hadits ahad dalam mengenal Allah l tidaklah diperbolehkan.”
2. Mendahulukan akal daripada dalil
Hal ini telah disebutkan oleh al-Juwaini, ar-Razi, al-Ghazali, dan lainnya
Sebagai contoh: Ar-Razi menjelaskan dalam Asasut Taqdis, “Jika nash bertentangan dengan akal maka harus mendahulukan akal.”
3. Nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah dhaniyatud dalalah (kandungannya hanya bersifat kira-kira), tidak menetapkan keyakinan dan kepastian.
4. Menakwil nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah tentang nama-nama dan sifat Allah l.
5. Sering menukil ucapan falasifah (orang-orang filsafat), ini kental sekali dalam kitab-kitab mereka sepeti Ihya Ulumudin.
(Lihat Ta’kid Musallamat Salafiyah, Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asyairah)
Penyimpangan-Penyimpangan Asy’ariyah
Allah l menjelaskan bahwa jalan kebenaran hanya satu, Allah l berfirman:
“Dan inilah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia.” (al-Anam: 153)
Rasulullah n menjelaskan bahwa jalan tersebut adalah jalannya dan jalan yang telah ditempuh para sahabatnya, beliau n bersabda:
“Umatku terpecah menjadi 73 golongan: 72 di neraka dan 1 yang selamat. Mereka adalah al-jama’ah.”
dalam riwayat lain:
”(mereka adalah yang berjalan) di atas jalanku dan jalan sahabatku.” merekalah Ahlus Sunnah wal Jamaah, Ahlul Hadits.
Ketika Asy’ariyah menyelisihi jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah maka mereka pun terjatuh dalam penyimpangan-penyimpangan dalam prinsip agama.
Di antara penyimpangan mereka:
1. Dalam masalah tauhid
Asy’ariyah menyatakan tauhid adalah (sekadar) menafikan berbilangnya pencipta… sehingga umumnya mereka menafsirkan kalimat tauhid hanya sebatas tauhid rububiyah, yaitu tidak ada pencipta atau tidak ada yang bisa mencipta selain Allah l. Mayoritas mereka tidak mengenal tauhid uluhiyah.
Adapun Ahlus Sunnah meyakini bahwa tauhid ada tiga: tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma wa sifat.
Ahlus Sunnah meyakini bahwa tauhid adalah kewajiban pertama atas seorang hamba, terkhusus tauhid uluhiyah, karena untuk itulah manusia diciptakan. Allah l berfirman:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariat: 56)
2. Dalam masalah iman
Asy’ariyah dalam masalah iman di atas mazhab Murji’ah Jahmiyah. Mereka menyatakan iman hanyalah tasdiq bilqalbi (pembenaran dengan hati).
Mereka menyatakan bahwa iman hanyalah membenarkan. Mereka tidak menyatakan amal termasuk dari iman dan tidak memvonis seseorang telah terjatuh dalam kekafiran dengan semata kesalahan amalan anggota badan.
Mereka pun akhirnya terjatuh dalam menakwilkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah n.
Adapun Ahlus Sunnah menyatakan bahwa iman adalah keyakinan dengan hati, ucapan dengan lisan, dan amalan dengan anggota badan, bisa bertambah dan berkurang. Iman bertambah dengan melaksanakan ketaatan dan berkurang dengan sebab perbuatan maksiat.
3. Dalam masalah asma wa sifat
Asy’ariyah memiliki kebid’ahan dengan menetapkan sifat ma’ani tujuh sifat saja. Dasar mereka dalam menetapkannya adalah akal. Tujuh sifat yang mereka tetapkan pun tidak bermakna seperti makna yang ditetapkan Ahlus Sunnah.
Kemudian ditambah oleh seorang tokoh mereka yakni as-Sanusi menjadi dua puluh. Mereka mengingkari sifat-sifat lainnya yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Mereka tidak menetapkan satu pun sifat fi’liyah bagi Allah l (seperti istiwa, nuzul, cinta, ridha, marah, dan lainnya).
Adapun Ahlus Sunnah wal Jamaah menetapkan semua nama Allah l dan sifat-sifat-Nya yang telah disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah tanpa tahrif, takwil (penyelewengan), dan tamtsil (penyerupaan dengan makhluk).
4. Dalam masalah al-Qur’an
Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk. Dalil-dalil tentang masalah ini sangatlah banyak. Allah l berfirman:
“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar kalam Allah (yakni al-Qur’an).” (at-Taubah: 6)
Rasulullah n bersabda:
“Adakah kaum yang mau membawa dan melindungiku, karena sesungguhnya Quraisy telah mencegahku untuk menyampaikan kalam Rabbku (al-Qur’an).”
Dalam masalah inilah para ulama Ahlus Sunnah dizalimi. Al-Imam Ahmad dan para ulama Ahlus Sunnah lainnya mendapatkan cobaan yang dahsyat.
Orang-orang Mu’tazilah berhasil menghasut penguasa ketika itu sehingga menjadikan paham Mu’tazilah sebagai akidah resmi dan memaksa semua orang untuk mempunyai keyakinan ini.
Berapa banyak para ulama Ahlus Sunnah meninggal dalam mempertahankan akidah Ahlus Sunnah dan sebagian lainnya terzalimi (di antaranya dengan dipenjara).
Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa semua yang tertulis dalam mushaf, dihafal di dada adalah al-Qur’an. Ahlus Sunnah meyakini bahwa kalamullah adalah dengan huruf dan suara, dapat didengar dan dapat dimengerti.
Al-Imam Ahmad t berkata, “Al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk. Jangan engkau lemah untuk mengatakan, ‘Bukan makhluk.’ Sesungguhnya kalamullah itu bukanlah sesuatu yang terpisah dari Dzat Allah l, dan sesuatu yang berasal dari Dzatnya itu bukanlah makhluk. Jauhilah berdebat dengan orang yang hina dalam masalah ini dan golongan lafzhiyah (ahlul bid’ah yang mengatakan, ‘Lafadzku ketika membaca al-Qur’an adalah makhluk’) dan lainnya atau dengan orang yang tawaquf (abstain) dalam masalah ini yang berkata, ‘Aku tidak tahu al-Qur’an itu makhluk atau bukan makhluk, tetapi yang jelas al-Qur’an itu adalah kalamullah’. Orang ini (yang tawaquf) adalah ahlul bid’ah sebagaimana halnya orang yang mengatakan bahwa al-Qur’an adalah makhluk. Ketahuilah, (keyakinan Ahlus Sunnah adalah) al-Qur’an adalah kalamullah, bukan makhluk.” (Lihat Ushulus Sunnah)
Mu’tazilah telah sesat dalam masalah ini dan lainnya. Kesesatan Mu’tazilah karena mereka menyatakan al-Qur’an adalah makhluk bukan kalamullah.
Adapun penyimpangan Asy’ariyah karena mereka mencocoki Ahlus Sunnah dari satu sisi dan menyepakati Mu’tazilah dari sisi lainnya.
Kaum Asy’ariyah berkata, “Al-Qur’an maknanya adalah kalamullah, adapun lafadznya adalah hikayat (ungkapan) dari kalamullah, artinya lafadz al-Qur’an, menurut mereka, adalah makhluk.”
Hal ini karena dalam pandangan Mu’tazilah, Allah l tidak berbicara, dan dalam pandangan Asy’ariyah Allah l berbicara tapi hanya dalam jiwanya, tidak terdengar.
5. Dalam masalah takdir
Mereka jabriyah dalam masalah takdir, hanya menetapkan iradah (kehendak) kauniyah dan tidak menetapkan iradah syar’iyah. Menurut mereka, seorang hamba tidak memiliki qudrah (kuasa), mereka hanya menetapkan kemampuan dan qudrah seorang hamba ketika berbuat saja, mereka menafikan adanya qudrah hamba sebelum berbuat.
Adapun Ahlus Sunnah menetapkan adanya iradah kauniyah dan syar’iyah, menetapkan masyiah dan qudrah bagi hamba.
6. Penyimpangan Asy’ariyah dalam masalah takwil/penyelewengan
Sebagai contoh, ar-Razi dan al-Amidy menakwilkan makna istiwa menjadi: menguasai, mengalahkan, serta pasti terjadinya takdir dan hukum ilahiyah. (Asasut Taqdis dan Ghayatul Maram)
Contoh lain, menakwilkan sifat wajah. Al-Baghdadi berkata, “Yang sahih menurut kami yang dimaksud wajah adalah dzat.” (Ushuluddin)
Disebutkan oleh Ibnu Taimiyah bahwa takwil yang ada di tengah-tengah manusia seperti takwil yang disebutkan oleh Ibnu Faurak dalam kitab Takwil, Muhammad bin Umar ar-Razi dalam kitabnya Ta’sisut Taqdis, juga ada pada Abul Wafa Ibnu Aqil dan Abu Hamid al-Ghazali, takwil-takwil tersebut adalah takwil yang bersumber dari Bisyr al-Marisi, seorang tokoh Mu’tazilah. (Lihat Majmu Fatawa: 5/23)
7. Penyimpangan Asy’ariyah dalam masalah illat (sebab/hikmah) dalam perbuatan Allah l
Mereka tidak menetapkan ‘ilat (sebab) dan hikmah bagi perbuatan Allah l.
Adapun Ahlus Sunnah menyatakan semua yang Allah l lakukan mengandung hikmah yang sangat tinggi.
8. Orang-orang Asy’ariyah setelah masa Abul Ma’ali al-Juwaini mengingkari bahwa Allah l di atas makhluk-Nya.
9. Mereka memperluas permasalahan karamah hingga menyatakan bahwa mukjizat para nabi mungkin saja terjadi atas para wali.
10. Menetapkan Allah l dilihat tanpa dari arah. Hingga akhir ucapan mereka mengingkari ru’yah (bahwa kaum mukminin akan melihat Allah l di akhirat)
11. Menyatakan akal tidak bisa menetapkan baik buruknya sesuatu.
12. Menyatakan tidak sah keislaman seseorang setelah mukallaf sampai ragu terlebih dahulu.
(Lihat Takidat Musallamat Salafiyah hlm. 35—36, dan Mauqif Ibnu Taimiyah minal Asya’irah)
Sumber : http://asysyariah.com/penyimpangan-penyimpangan-asyariyah/
Download juga kajian kesesatan asy’ariyah yang dibawakan oleh Ustadz Muhammad As Sewed hafidzahullah :
April 24, 2014 at 9:12 am
Astaghfirullahal’adhim,sejauh inikah?
memang kesesatan adalah hal yang harus dibenarkan, akan tetapi setelah saya lihat dalam kitab-kitabnya, banyak tulisan disini yang tidak sesuai. Sekali lagi, memang benar kesesatan harus diluruskan, tetapi ketika apa yang kita sampaikan, dan tidak cocok dengan apa yang mereka miliki/yakini, bukanlah itu termasuk fitnah (yang telah dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya)???
Jika itu sudah terjadi, apakah tidak akan memudahkan yang lain merusak islam???
kalau menurutku, kita harus meneliti referensi mereka sebelum mem-posting (jangan hanya copas dari buku/web/jurnal lain tanpa melihat kitab-kitab asli mereka), karena saya takut melakukan fitnah yang merusakkan ummat yang mana mendurhakai Allah dan Rasul-Nya.
April 24, 2014 at 2:11 pm
Tulisan ini sudah berdasarkan penelitian yg ilmiah
Kalo anda tidak percaya silahkan tabayyun kitab² tokoh mereka
Juli 19, 2014 at 2:00 am
Kitab2 Yang mana Mas.. Jagan asal main tuduh sesat sana sini. Anda belum menyertakan kutipan langsung dari kitab yang anda sebut sesat. Belum ada pembuktian langsung dari anda. Menurut saya anda melakukan falasi Logika jika anda menjawab tulisan ini merupakan penelitian ilmiah, tetapi saat ditanya malah menyuruh orang tabayyun langsung ke kitab2nya. Adalah kewajiban anda yang mengklaim “sesat” untuk menunjukkan bukti2 otentiknya. Kalau anda bilang dari kitaab Ihya, dsb. Mhn tunjukkan kutipan2 langsung. Mana yang anda klaim salah. Kalau masih begini tulisan anda “Ngambang” rasanya. Saya belum percaya Mas, kalau anda cuma bilang “ini sesat” tanpa ada kutipan langsung dari mana yang anda bilang seat itu. MAtur Suwun
Juli 19, 2014 at 1:05 pm
Ini ada salah satu kitab yg membantah aqidah asy’ariyah yg bernama Al Ibanah karya Abul Hasan Al Asy’ari
https://app.box.com/s/vqa2wbbq04a1aw9pm15a
Abul Hasan Al Asy’ari adalah pendiri aliran sesat asy’ariyah namun beliau bertaubat dan membantah pemikirannya sendiri dalam kitabnya Al Ibanah
Juni 30, 2014 at 11:22 am
Adakah para sahabat nabi yang membagi tauhid menjadi 3 bagian?. yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah dan asma wa sifat? ataukah itu dari ulama muta’akhirin juga?
Juli 1, 2014 at 10:11 am
Lihat penjelasannya di :
November 15, 2014 at 5:21 pm
Yaa Akhii, apakai posting ini tidak sebaiknya ditambah MP3 rekaman Ustadz Muhammad Umar As Sewed? Ini yang ana maksud, ana yakin antum udah punya: https://ia902500.us.archive.org/4/items/1435Cirebon_0620/. Judul kajiannya Waspadai Golongan Mu’tazilah Banci (Asy’ariyah) dan Khawarij Gaya baru (KGB). Atau gimana kalau dijadikan posting baru? Jazakallahu khayran.
November 16, 2014 at 9:19 am
Afwan ana tidak punya rekamannya terima kasih sudah share rekamannya barakallahu fiikum
November 17, 2014 at 9:44 am
Waiyyakum.
Juli 24, 2014 at 8:58 am
assalamualaikum,,warahmatulloh wabarakatuh ? ustad abu utsman ana mohon ijin copy
Juli 25, 2014 at 10:11 pm
Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
Silahkan di copy tapi maaf saya bukan ustadz
September 24, 2014 at 5:35 pm
Hasan ali as saqqaf ulama asy’ariyah mengakui bahwa asy’ariyah sepaham dengan mu’tazilah…lihat wawancaranya di youtube…salah satu karya besar hasan ali yg di pakai oleh kaum aswaja di indonesia adalah cara sholat Nabi sholallahu’alaihi wassalam…bukankah ini fakta?????
November 28, 2014 at 4:42 pm
Pengikut nabi Muhammad yang sesungguhnya adalah asyairoh al maturidih, buktinya panglima perang yang membebaskan konstantinopel dari romawi adalah pengikut al maturidi, yaitu sultan Muhammad al Fatih. Dan panglima pembebas ini yang dipuji oleh rasullullah SAW. Ulama dan ahli sejarah seluruh dunia mengakui ini. Kalau ada yang menyatakan sesat asyairoh, itu sejak dari dulu dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka akan kebenaran ini.
November 28, 2014 at 6:19 pm
Itu bukan bukti, bukti itu dari Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman salaf
Januari 27, 2015 at 7:26 am
hanya dengan khilafah islamiyah…….persoalan ini selesai….amrul imamm yarfa’u khilaf !!!!
Januari 27, 2015 at 8:36 pm
Khilafah???
Apakah anda sedang bermimpi di siang bolong
April 15, 2015 at 2:35 pm
anda bilang khilafah itu cuma mimpi di saing bolong??? berarti anda mengingkari hadist rosulullah yg mengatakan bahwa khilafah akan bangkit kembali di akhir zaman
Jika khilafah lahir kembali, maka perbedaan pendapat yg kecil seperti ini bisa terselesaikan hanya dalam kurun waktu beberapa tahun, perpecahan akan hilang, rencana yahudi untuk memecah belah umat akan gagal, dan pastinya metode2 tafsir yg cuma dari ‘membaca buku’ tanpa berguru langsung dari guru bernasab akan musnah.
semoga hati kita dibukakan oleh-Nya aamin ya rabb3x al ‘alamin
April 19, 2015 at 1:36 pm
Saya tidak mengingkari hadits Rasul akan tetapi yang saya ingkari adalah orang² yg ingin menegakkan khilafah di negeri ini
Khilafah hanya bisa ditegakkan dengan tauhid sedangkan kesyirikan merajalela dinegeri ini jadi sungguh mustahil menegakkan khilafah dinegeri ini
April 23, 2015 at 12:16 am
Betul.. bagaimana khilafah bisa berdiri sedangkan kemusyrikan dan penyelewengan aqidah berhambur disana-sini. Mustahil.. perbaikin dulu keadaan diri dan keluarga menuji jalan salafu salih.. jangan mimpi di siang bolong.
Ingat kata mutiara dari Khalifah Ali ibn thalib KW..
“Kebenaran yg tidak terorganisir.. akan terkalahkan oleh kemungkaran yang terorganisir dan dan rapih..”
April 30, 2015 at 4:50 pm
Mohon maaf sebelumnya. Saya tidak setuju kalau Khilafah dianggap mimpi di siang bolong. Karena Khilafah merupakan Janji Allah melalui Rasul-Nya Muhammad SAW.
Pernyataan yang kurang tepat lagi adalah “Khilafah hanya bisa ditegakkan dengan tauhid sedangkan kesyirikan merajalela dinegeri ini jadi sungguh mustahil menegakkan khilafah dinegeri ini”. Pernyataan ini kurang tepat dalam arti bahwa memang di Negeri Indonesia ini kesyirikan merajalela, akan tetapi perjuangan melawan kesyirikan itu harus terus dilakukan. Seperti yang pernah Rasulullah lakukan dulu pada fase dakwah di Makkah. Beliau dan sahabat-sahabatnya mendakwahkan islam di tengah-tengah kaum quraisy yang syirik dan menghambat dakwah islam baik dengan propoganda negatif dan juga ancaman fisik. Tetapi Rasulullah tidak hanya menfokuskan dakwahnya hanya di Makkah saja, beliau mengirimkan berbagai utusan ke berbagai suku-suku yang ada di berbagai wilayah. Ambil contoh kecil saja, beliau mengutus Mus’ab bin Umair ke suku Aus dan Khazraj. Dan Alhamdulillah dakwahnya diterima dan Suku Aus dan Khazraj akhirnya berbai’at (berjanji akan melindungi dakwah) kepada Rasulullah. Inilah cikal bakal berdirinya Khilafah Islamiyah pertama kali di Madinah.
Untuk akhir jaman saat sekarang ini, kita tidak tau di negeri muslim sebelah mana Khilafah Rasyidah (janji Rasulullah) ini akan berdiri kembali. Jadi kita sebagai muslim hanya bisa berjuang memperbaiki kerusakan-kerusakan yang ada di tengah-tengah ummat ini baik kerusakan akidah, akhlak dsb. Mudah-mudah dengan kembalinya Ummat kepada Al Qur’an dan As-Sunnah secara benar akan mengantarkan kita meraih kemenangan, kejayaan, serta kemulyaan yang telah dijanjikan Allah kepada kita semua. “Kalian adalah sebaik-baik ummat….”
Jadi menegakkan Khilafah bukanlah mimpi di siang bolong, tetapi hal yang harus kita perjuangkan sebagaimana Rasulullah dulu juga memperjuangkannya.
Mohon diluruskan kalau ada yang salah
Terima kasih
Mei 5, 2015 at 2:21 pm
Memperjuangkan khilafah adalah kesalahan terbesar anda karena Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan telah kami utus seorang Rasul pada setiap umat, (untuk menyeru): ‘Beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah oleh kalian thaghut’.” (An-Nahl: 36)
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS: Al-Bayyinah Ayat: 5)
Allah mencipatakan jin dan manusia hanya untuk mentauhidkannya bukan untuk mendirikan khilafah
Dan Allah mengutus para rasul hanya untuk menegakkan tauhid bukan untuk mendirikan khilafah
Dan Allah memerintahkan kita hanya untuk mentauhidkannya bukan untuk mendirikan khilafah
Jika tauhid ini menyebar dan diterima ke seluruh penjuru negeri ini maka pasti khilafah akan tegak dengan sendirinya, percayalah.
Juli 12, 2015 at 7:40 am
Ijtima’ Juyusy Islamiyah, hlm. 62:
Abul Abbas Suraij yang dijuluki Asy Syafi’i kedua berkata,”Kami tidak mengikuti takwil Mu’tazilah, Asy’ariyah, Jahmiyah, Mulhid, Mujassimah, Musyabbihah, Karramiyah dan Mukayyifah. Namun kami menerima nash-nash sifat tanpa takwil, dan kami mengimaninya tanpa tamtsil.”
Oktober 6, 2015 at 7:06 pm
istighfar Akhiy… mengatakan sesat terhadap sesama muslim tanpa bukti yang jelas dan nyata hanya akan mencelakan diri sendiri
Oktober 8, 2015 at 1:43 pm
Para Ulama sudah berbicara tentang kesesatan asy’aryah dan anda bilang ” mengatakan sesat terhadap sesama muslim tanpa bukti yang jelas dan nyata “???
Sepertinya anda yg perlu banyak belajar
Oktober 24, 2015 at 11:26 am
abu ustman anda ini pengikut apa klau boleh saya taw? siapa guru anda yg mengatakan abu hasan as asry sesat? kalau lah seanday nya al quran dan hadis hilang di bumi ini ataw di dunia demi ALLAH saya lebih mengikut mereka walaupun mereka sudah tdk ada lagi lebih baik saya mati dalam keadaan terhina di bumi ini dari pda harus mengikut anda dan guru anda walaupun anda dan guru anda masih hidup skg oke…
Oktober 26, 2015 at 2:39 pm
Saya seorang salafy
Awalnya Abul Hasan memiliki pemikiran sesat yaitu mu’tazilah dan asy’ariyah (Sejatinya Kullabiyah) namun beliau bertaubat dari pemikirannya tersebut dan mengikuti aqidah salaf
Ikutilah dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman salaful sholeh
Januari 3, 2016 at 5:59 am
Terlihat sekali anda Taklid Buta dan cuma mengandalkan akal (dangkal). sudah jelas kalau pengikut Asy’Ariyah hanyalah kumpulan orang-orang yang Taklid Buta
November 9, 2015 at 11:44 am
kita ambil contoh 3 saja pengikut asyariyah di antara jutaan ulama pengikut faham ini
tentu yang hidup sesudah zaman imam abul hasan al asyari
1 ibnu hajar asqolani ( bulughul maram, fathur bari dll)
2 imam nawawi ( riyadhus shalihin)
3 imam bayhaqi
kalo 3 ulama tersebut sesat kenapa masih di pakai juga fathul bari dan riyadhus salihin?
November 12, 2015 at 11:24 am
Tidak ada satupun ulama ahlus sunnah yg mengatakan mereka rahimahullah sesat
Memang benar mereka memiliki pemahaman asy’ariah akan tetapi belum datang hujjah kepada mereka dan inilah yg disebut dengan ketergelinciran para ulama
Dan satu hal lagi mereka bukan pengikut asy’ariah akan tetapi mereka adalah ulama ahlus sunnah
November 12, 2015 at 11:30 am
@Akhi Abu Utsman, bagaimana menurut anda tentang pengajian MTA?
November 12, 2015 at 5:26 pm
MTA memiliki pemahaman sesat mu’tazilah atau pemuja akal. Mereka menafsirkan Al Qur’an dengan akal-akal mereka bukan dengan ilmu tafsir
Jauhilah pengajian mereka
November 18, 2015 at 3:19 pm
Anda kalau belajar yang benar dong jangan setengah-setengah, janganb karena benci dan tidak sesuai pengetahuan anda terus di jelek-jelekan
November 20, 2015 at 9:53 am
Beragama itu harus dengan dalil bukan dengan akal atau perasaan apalagi taklid
Kalau dalil mengatakan itu haq maka itulah yg haq begitu pula jika dalil mengatakan itu batil maka itulah yg batil
Berdasarkan dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman salaf pemahaman asy’ariyah itu batil
Silahkan dibaca artikel² berikut :
asysyariah.com/category/majalah-islam-asysyariah-edisi-74/page/2/
Maret 11, 2016 at 11:38 am
Madzhab siapa yg anda ikuti?
Maret 12, 2016 at 5:24 pm
Mahdzab Ahlus Sunnah Wal Jamaah
Maret 18, 2016 at 10:56 pm
Ada satu pertanyaan, kenapa Rasulullah dan para sahabat membentuk daulah islam / khilafah tidak HANYA men-tauhid-kan saja seluruh madinah dan mekkah (bahkan seluruh penjuru dunia) ? padahal menurut anda Allah mengutus para Rasul HANYA untuk menegakkan TAUHID
Maret 19, 2016 at 7:31 am
Karena khilafah itu buah dari Tauhid
Kalau Tauhid itu akar maka khilafah itu buahnya…
Kalau Tauhid itu pondasi maka khilafah itu atapnya…
HANYA orang² cerdas saja yang memahami perumpamaan ini
April 25, 2016 at 5:42 pm
abu usman semoga ALLAH merahmati anda jawaban anda lurus jaman sekarang ini yg fitnah menjadi benar yg benar dikatakan fitnah WAHAY SAUDARA2KU SEIMAN KEMBALILAH KE ALQURAN DAN HADIST janganlah menyelisihi ALLAH dan RASULNYA
Mei 2, 2016 at 12:55 am
Bagaimana pendapat Abu Utsam, tentang NU & Muhammadiyah?
Mei 2, 2016 at 5:09 pm
Kalo tentang NU silahkan kesini :
http://www.yuk-kenal-nu.net/
Kalo tentang Muhammadiyah silahkan kesini :
http://www.mahad-assalafy.com/2013/07/11/awas-bahaya-aqidah-khawarij/
Juli 21, 2016 at 5:48 pm
Jadi bagaimana ,bolehkah kita sholat brjamaah dblakang imam yg braqidah asyariyah?? Sedangkan masjid ahlussunnah agak jauh..
Juli 23, 2016 at 2:23 pm
Sebaiknya pilih masjid ahlussunnah walaupun agak jauh
Agustus 19, 2016 at 2:50 pm
Ijtima’ Juyusy Islamiyah, hlm. 62:
Abul Abbas Suraij yang dijuluki Asy Syafi’i kedua berkata,”Kami tidak mengikuti takwil Mu’tazilah, Asy’ariyah, Jahmiyah, Mulhid, Mujassimah, Musyabbihah, Karramiyah dan Mukayyifah. Namun kami menerima nash-nash sifat tanpa takwil, dan kami mengimaninya tanpa tamtsil.”
Juni 14, 2017 at 11:57 pm
Ini tuduhan tidak benar masak abu hasan alasy ari dibilangh sesat, penjelasan diatas tu banyak palsu dan mengada ngada, ne kelompok wahabi ne,, rujukan kitab nya ketahuan, Ibnu Taimiyah memang mashur, namun perlu dipahami saudara penulis bahwa beliau pernah mengakui kekurangan dan kelemahan dalam berijtihad, dan pembagian tauhid itu itu Ibnu Taimiyah aja yang membaginya zaman zaman jumhur ulama seperti Imam Asy Syafii,Imam An Nawai, Ibu Hajar Asqolani mana ada pembagian itu, makanya saya menyarankan jangan jadi pemogram pembuat kebencian. Kalian mestinya taubat indonesia ne mayoritas Abu Hasan Alasyari.
Juni 18, 2017 at 10:35 am
Abul Hasan Al Asy’ary memang pernah memiliki pemahaman menyimpang namun beliau bertaubat dari pemahamannya tersebut dan kembali kepada pemahaman salaf, silahkan baca :
http://asysyariah.com/siapakah-abul-hasan-al-asyari/