Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah berkata,

“لا تيأسوا منها، فتلقوا بأيديكم إلى التهلكة، وتقولوا قد كثرت ذنوبنا وتراكمت عيوبنا، فليس لها طريق يزيلها ولا سبيل يصرفها، فتبقون بسبب ذلك مصرين على العصيان، متزودين ما يغضب عليكم الرحمن، ولكن اعرفوا ربكم بأسمائه الدالة على كرمه وجوده، واعلموا أنه يغفر الذنوب جميعا من الشرك، والقتل، والزنا، والربا، والظلم، وغير ذلك من الذنوب الكبار والصغار”

“Janganlah kalian berputus asa darinya (rahmat Allah) yang menyebabkan kalian justru semakin terjerumus pada jurang kebinasaan.

Kalian berkata, ‘Telah banyak dosa-dosa kami, telah bertumpuk aib dan kesalahan kami. Tidak ada jalan untuk menghilangkannya, tidak ada jalan untuk dapat membuangnya’.

Kemudian, dengan sebab itu kalian tetap berada di atas kemaksiatan dan terus melakukan berbagai hal yang justru mendatangkan kemurkaan ar-Rahman (Allah).

(lebih…)

Mendidik anak adalah seni tersendiri. Apalagi jika anak tergolong unik, tentu memiliki nilai artistik. 

Kata kuncinya ialah memahami secara sadar bahwa tiap-tiap anak mempunyai sifat dan karakternya.

Tiap anak berbeda dengan anak yang lain. Jangan paksakan anak untuk sama dan seragam dalam segala hal. Sehingga kita bisa lebih cermat dan bijak dalam proses mendidik.

Mestinya hal ini sudah kita sadari melalui kenyataan sehari-hari.

Sebuah produk otomotif dengan merk dan type yang sama, seringkali harus dengan perlakuan yang berbeda. Alat eletronik dari pabrikan yang sama, bukankah tetap saja berbeda? Beternak burung, kambing, sapi, atau hewan lainnya, apakah bisa kita pastikan sama hasilnya? Walau diberi perlakuan yang sama.

(lebih…)

Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc حفظه الله تعالى

Dunia semakin tua, semakin dekat akhir kehidupannya. Tanda-tanda kiamat terus berdatangan silih berganti, sebagaimana Rasulullah ﷺ beritakan. Dahulu, empat belas abad silam, Rasulullah ﷺ mengabarkan akan datangnya masa, di mana manusia tidak lagi peduli tentang harta yang dia peroleh, dari yang halal atau haram.

eliau ﷺ bersabda:

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

”Akan datang kepada manusia zaman, dimana seorang tidak lagi peduli akan harta yang dia ambil, apakah dari yang halal atau dari yang haram.”¹

Kenyataan itu telah kita saksikan. Manusia tidak lagi menimbang harta yang di tangannya. Meskipun secara zhahir dunia dalam genggaman, akan tetapi, sungguh Allah سبحانه وتعالى hancurkan kehidupannya. Dada-dada sempit, nafas-nafas terengah, Allah سبحانه وتعالى palingkan dirinya dari akhirat, tersibukkan dengan emas dan perak.

Sebenarnya, sebagian orang menyadari akan haramnya harta yang diperoleh. Nasihat pun telah sampai kepada mereka. Namun, setan selalu membisikan kesesatan dan menyeru kepadanya.

Sebagian mereka berkata, ”Mencari harta yang haram saja susah, apalagi mencari yang halal” Sebagian lagi berkata, ”Jalan kami memang haram, tapi bagaimana lagi, kami terpaksa” Sebuah anggapan atau bahkan keyakinan pun muncul bahwa yang telah digenggam di tangan, dengan cara apa pun mendapatkannya, itulah harta yang halal.

(lebih…)

Berkata Syaikh Muhammad bin Gholib Hafizhahullah :

إذا فعلت الطاعات فلا يأمن مكر الله

قال ابن القيم : “رب حسنة ادخلت صاحبه النار و رب السيئة ادخلت صاحبه الجنة “

الحسنة يعملها الإنسان فيفتخر و يتعالى و يطن نفسه أنه قد أمن مكر الله فتكن سبيل إلى نار جهنم و رجل يعمل سيئة فلا يزال يحاسب نفسه و يعرف تقصيره و يعرف تفريطه حتى يدخلهم الله الجنة

إذن فلا يأمن مكر الله إلا القوم الخاسرون

Jika engkau melakukan ketaatan, jangan pernah merasa aman dari Makar Allah . Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah : “Bisa jadi amal kebaikan menghantarkan pelakunya ke neraka dan bisa jadi amal keburukan, menghantarkan pelakunya ke Jannah”

(lebih…)

Berkata al-Imam Sulaiman bin Mihran al-A’masy rahimahullah,

“تروح إلينا جني؛ فقلت له: ما أحب الطعام إليكم؟ فقال: الأرز! فأتيناهم به، فجعلت أرى اللقم ترفع، ولا أرى أحدا! فقلت: فيكم من هذه الأهواء التي فينا؟ قال: نعم. فقلت: فما الرافضة فيكم؟ قال: شــرنا!”

Pernah suatu ketika sosok Jin lewat di hadapan kami. Aku pun bertanya, “Makanan apa yang kalian sukai?” Ia menjawab, “Nasi.”

Untuk membuktikan kebenarannya, aku pun membawakan nasi untuknya dan aku melihat nasi yang mulai terangkat seperti akan dimakan. Namun aku tidak melihat siapa pun!

Aku pun melanjutkan pertanyaanku, “Apakah di antara bangsa jin ada kelompok-kelompok sebagaimana yang ada di antara kami?” Dia pun menjawab, “Ya, benar.” Aku bertanya, “Lalu bagaimanakah Syi’ah Rafidhah diantara kalian?” Jin itu menjawab, “Mereka adalah kelompok terjelek di antara kami!

Tafsir Ibnu Katsir, 7/397.

Tim Admin Hikmah Salafiyyah | https://t.me/hikmahsalafiyyah | https://linktr.ee/hikmahsalafiyyah

Ada kalimat yang disabdakan Nabi Muhammad ﷺ begitu berkesan. Beliau sabdakan dalam perjalanan dari kota Madinah menuju Badar.

Jumlah personil ketika itu 313 orang dengan 70 ekor unta. Maka, setiap ekor unta ditunggangi secara bergantian oleh 3 atau 4 personil.

Tak terkecuali Nabi Muhammad ﷺ! Beliau bergantian dengan Ali bin Abi Thalib dan Abu Lubabah.

Jika tiba giliran Nabi Muhammad ﷺ yang berjalan kaki, Ali maupun Abu Lubabah menawarkan, ” Biarlah kami saja yang berjalan kaki “.

Di sana lah Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

ما أنتما بأقْوَى منِّي، ولا أنا بأغْنَى عن الأَجرِ منكما

Kalian berdua belum tentu lebih kuat daripada saya. Dan dibandingkan kalian berdua, bukannya saya tidak lebih memerlukan pahala ” HR An Nasa’i 8807 dan Ahmad 3901.

(lebih…)

Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifa’i Ngawi حفظه الله تعالى

Hidup bermasyarakat berarti hidup bersama orang Iain dalam satu tatanan masyarakat. Berinteraksi dengan banyak sifat dan karakter manusia yang berbeda-beda, adalah konsekuensi dalam hidup bermasyarakat. Kadang kita mendapati orang yang di sekitar kita mempunyai perilaku dan akhlak yang baik terhadap sesamanya. Ada rasa saling menghormati, saling menolong, dan menjaga keharmonisan kehidupan bermasyarakat.

Tapi tidak jarang kita pun menjumpai ada karakter-karakter tertentu yang sering berbuat kerusuhan, ketidaknyamanan, gangguan serta kezaliman terhadap orang-orang di sekitarnya. Bahkan terkadang kita sendiri merasakan akibat perbuatan mereka. Mereka melakukan gangguan-gangguan tersebut bisa dikarenakan adanya rasa iri, hasad, tidak suka, benci kepada seseorang, sehingga akhirnya mereka berusaha menimpakan gangguan dan kezaliman kepada orang yang tidak mereka sukai.

Manusia berbeda-beda dalam menghadapi gangguan dan kezaliman orang lain kepada dirinya. Di antara mereka ada yang dapat bersabar dan menghadapinya dengan tenang. Akan tetapi, ada pula yang dikuasai oleh emosinya hingga membalas dengan membabi buta. Allah سبحانه وتعالى sebagai pencipta kita adalah Dzat Yang Maha Tahu tentang sifat dan tabiat asal ciptaan-Nya.

(lebih…)

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah

Pertanyaan:

Bolehkah bagi imam masjid atau seorang dai yang mengimami shalat tarawih di masjid mengingatkan mereka tentang beberapa perkara diantara rakaat ketika istirahat, misalnya tentang shalat yang baik, mengikuti Nabi ﷺ, serta memperingatkan sebagian bid’ah dan syirik, maksudnya sifatnya memperingatkan?

Jawaban:

Jawabannya boleh dan tidak boleh.
Jika peringatan atau amar ma’ruf dan nahi mungkar itu karena sesuatu yang sifatnya insidental maka ini sifatnya wajib.

Adapun jika itu dijadikan acara resmi dan kebiasaan diantara empat rakaat misalnya atau lebih atau kurang dari itu dengan cara imam menyampaikan pelajaran, maka ini menyelisihi Sunnah.

(lebih…)

Allah Subhanahu berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖۙ وَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَاۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ

“Siapa yang mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan siapa yang berbuat kejelekan (jahat), maka (akibatnya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Rabb-mu sekali-kali tidaklah menzalimi hamba-hamba-(Nya).”

Surah Fushshilat: 46

(lebih…)

Dari sekian banyak peperangan dalam Islam, hanya perang Badar saja yang para sahabat yang mengikutinya dinisbatkan kepada perangnya, yaitu Badriyyun (veteran perang Badar).

Karena, perang Badar memang istimewa! Perang pertama di dalam Islam. Maka, jika ada kesempatan berbuat baik, segeralah dan bergabunglah sebagai yang pertama.

Ada 14 sahabat yang gugur dalam perang Badar. 6 dari Muhajirin, 6 dari Anshar suku Khazraj, dan 2 dari Anshar suku Aus.

Masing-masing punya cerita. Walau pendek dan ringkas, namun mewartakan untuk kita betapa tulus dan semangatnya mereka memperjuangkan Islam.

Bahkan, tidak banyak cerita yang kita ketahui tentang mereka. Gugur sebagai syuhada Badar sudah lebih dari cukup untuk menegaskan bahwa mereka adalah orang-orang besar.

(lebih…)